Suster OSF Sibolga

Komunitas OSF Sibolga


KOMUNITAS – KOMUNITAS
OSF Sibolga



1. Komunitas Santo Bonaventura Padangsidimpuan. 



Komunitas St. Bonaventura Padangsidimpuan

Atas anjuran Bapak Uskup Gratian Grimm Prefektur Apostolik Sibolga, para suster dari Reute Jerman memulai komunitas di Padang Sidimpuan. Setelah hampir setahun para suster tiba di indonesia dan sudah memiliki banyak pengalaman baik dalam bahasa maupun budaya, maka pada tgl 3 Juni 1965, tiga orang suster misionaris pertama : Sr. Fransiska Förch, Sr. Bentivolia Karcher dan Sr. Erminolda Zoller tiba di Padang Sidimpuan. Berhubung karena rumah susteran masih belum ada, maka untuk sementara para suster tinggal di Pastoran. 


Para suster yang sangat energik ini mencoba mencari cara melayani orang-orang di sekitar mereka, maka terjadilah, Sr. Erminolda mulai menerima anak-anak kecil belajar di Wisma, sebagai perawat Sr. Bentivolia mulai membuka pelayanan orang sakit di depan pastoran, sementara Sr. Fransiska aktif memasak di dapur untuk para saudari.


Tanggal 14 April 1966 diadakan pesta di kompleks susteran yang baru selesai dibangun. Pemberkataan rumah suster dan peresmian gedung TK. Cukup banyak undangan yang hadir ke pesta tersebut, karena Poliklinik juga diresmikan hadir Dokabu dan dari instasi pemerintah hadir Wakil Bupati. Tahun-tahun berikutnya gedung asrama putri di bangun dan gedung tempat kursus menjahit juga selesai di bangun. Maka mulailah di terima anak-anak asrama dan para gadis yang mau  belajar menjahit, memasak  dan ketrampilan keluarga lainnya.


Sampai sekarang karya para suster yang tinggal di komunitas ini adalah : Poliklinik, TK, Asrama, Guru SD dan menolong di kelompok kategorial Paroki.


2. Komunitas Santa Regina Pangaribuan.

Komunitas St. Regina merupakan komunitas kedua setelah Padang sidimpuan, yang dibuka secara resmi tgl 13 Februari 1972. Para suster pertama yang memulai komunitas ini adalah Sr. Bentivolia dan Sr. Theresia. Setelah mendapat ijin untuk membuka Poliklinik maka Sr. Bentivolia mulai menerima para pasien.


Pada tahun-tahun berikutnya atas permintaan umat setempat di buka sekolah TK Santa Theresia. Seiring dengan kebutuhan masyarakat di sana, para suster membangun klinik bersalin dan rumah penginapan untuk pasien yang menderita TBC.

Karya- karya  ini masih terus berlanjut sampai sekarang.


3. Komunitas Beata Ulrika Nisch Idano Gawo.


Komunitas Beata Ulrike Nisch Idanogawo - Nias

Komunitas Tetehosi Idano Gawo merupakan komunitas pertama OSF di Nias dan  di mulai tanggal 4 April 1976. Pionir komunitas ini adalah Sr. Fransiska, Sr. Ingeborg Merot dan Sr. Michaela Zept. Kurang lebih 5 tahun mereka menompang di rumah pastor karena rumah suster belum dibangun. Karya yang mereka tangani saat itu adalah : mengajar anak-anak di TK ( TK di mulai tgl 20 Februari 1977), ikut berpastoral bersama dengan Pastor, mengadakan kursus menjahit dan memasak untuk anak-anak gadis yang tidak sekolah, merawat bayi yatim, serta pengobatan orang sakit.

Bangunan Asrama Putri di resmikan tahun 1978, ini menjadi tempat tinggal bagi anak-anak gadis yang ikut kursus menjahit dan memasak serta para karyawati yang bekerja di rumah anak.


Tahun 1981 rumah suster dan rumah anak selesai dibangun dan dengan gembira para suster menempati rumah yang baru.  Tahun 1980 mulai di buka Poliklinik / Klinik Bersalin Efata. 1990 dibuka kursus PKK.


Pada tgl 28 Maret 2005 pukul 11.00 Wib malam gempa dengan kekuatan 7,2 skala Richter menggoncangkan bumi Nias hingga 80 % bangunan yang ada di Nias hancur serta lebih 700 orang meninggal dunia.


Rumah susteran, Rumah anak dan Poliklinik serta Gedung Asrama Putri juga ikut hancur, rata dengan tanah.


Tgl 17 Juni 2009, lebih empat tahun kemudian selesai pembangunan rumah susteran dan Polikinik/Klinikbersalin yang didirikan di atas lahan yang sama. Selama 4 tahun itu juga para suster tinggal di rumah darurat. Bayi serta anak-anak telah di pindahkan ke Gido dan tinggal di Kinderdorf. Sementara pengobatan orang sakit  terus berjalan dalam tenda darurat di Poliklinik. Terimakasih kepada para donatur terutama yang dari Jerman sehingga kami bisa kembali memiliki rumah yang baru!


Sekarang karya para suster di komunitas ini adalah : Poliklinik/Klinik bersalin dan mengajar di TK.


4. Komunitas Santo Nikolaus P. Tello. 


Pionir komunitas ini adalah Sr. Michaela Zept dan Sr Paulina Lubis. Tanggal 9 Februari 1984, dengan di antar Sr. Nortburga sebagai Pemimpin Regio, para suster tiba di Tello dan disambut dengan Perayaan misa dan resepsi makan bersama di wisma paroki oleh umat di sana. Pada permulaan para suster tinggal di wisma paroki karena rumah susteran belum di bangun.


Dengan semangat para suster mulai menerima anak-anak belajar di TK yang tempat belajarnya salah satu ruangan di Wisma Paroki. Tahun-tahun berikutnya di bangun Gedung Asrama Putri, Poliklinik dan kursus PKK.


Sr. Ingeborg, seorang suster yang pekerja keras dan sungguh senang melayani orang sakit menjadi anggota komunitas yang paling lama ( dari tahun 1997 - sekarang) di Pulau Tello. Dengan semangat suster kita ini rajin mengunjungi umat di pulau-pulau sekitar Tello, memberikan pengobatan murah kepada orang-orang sakit dan mengajar anak-anak baca-tulis. Mengajari dan mendukung anak-anak gadis memperoleh kentrampilan menjahit dalam kursus PKK. Kehadiran suster yang murah senyum dan suka menolong ini memberi warna tersendiri di komunitas dan menjadi benteng bertahannya komunitas ini, yang pada tahun 1998 pernah dibicarakan di Regio untuk menutup komunitas ini dengan alasan transportasi yang sangat sulit di jangkau.



5. Komunitas Santa Elisabeth Tumba Jae. 


Komunitas Tumbajae
Komunitas ini mulai dibangun tahun 1984 dan ditempati secara resmi tgl 12 Januari 1985. Penghuni pertama komunitas ini adalah Sr. Thoma yang bertugas mengajar anak-anak di TK dan sebagai Pemimpin Komunitas, Sr. Magdalena dan Sr. Helena bertugas memberi kursus memasak dan menjahit kepada ibu-ibu serta berpastoral.


Tahun 1988 Poliklinik dan Rumah Bersalin selesai di bangun, dengan demikian Sr. Vita pindah ke Tumba jae untuk melayani para pasien di sana. Tahun 1990 pemberkatan dan peresmian Asrama Putri St. Lucia dengan ibu asrama yang pertama  Sr. Lucia.


Sampai sekarang karya yang ditangani para suster di komunitas ini adalah : Poliklinik/klinik bersalin dan Asrama Putri.


6. Komunitas Novisiat 



Novisiat  St. Maria
Komunitas Novisiat mula-mula, dimulai di Padangsidimpuan. Pesta masuk Novis yang pertama diselenggarakan pada tgl 8 Desember 1976. Karena para calon suster semakin banyak yang datang, akhirnya dipikirkan untuk mencari tempat yang cocok untuk pembinaan para Novis dan Postulan. Dengan berbagai pertimbangan,  para pembesar Tarekat ini memutuskan untuk memindahkan dan membangun rumah novisiat di Pangaribuan. Pada tgl 1 Oktober 1987 rumah Novisiat di Pangaribuan diberkati oleh P. Leonhard Beikirche OFMcap, dengan demikian para Novis dari Sidimpuan  pindah ke rumah Novisiat yang baru dengan di dampingi oleh ibu Novis Sr. Theresia Winter.
Tanggal 6 Februari 1988 kapel Novisiat ditahbiskan oleh bapak Uskup A. B Sinaga dengan nama pelindung Maria degli Angeli-Portiuncula.


7. Komunitas St. Angela Gunung Sitoli.


Komunitas ini di mulai pada tgl 1 Agustus 1989 oleh Sr. Erminolda dan Sr. Krisanta, karena rumah susteran belum dibangun, maka untuk sementara mereka tinggal di RUPER Laverna milik Kapusin dan  sekaligus juga para suster bertugas di RUPER yaitu : memasak di dapur dan membersihkan kamar-kamar.


Satu tahun kemudian gedung Asrama Putri selesai dibangun, dan para suster dengan senang hati pindah ke Asrama, berbagi kamar dengan Anak-anak Asrama Putri.  Tahun 2003 rumah suster baru selesai dibangun. Para suster dengan gembira pindah ke gedung susteran yang baru. Syukur kepada Allah rumah ini tetap kokoh berdiri tegak meskipun gempa kuat tahun 2005 mengguncang Gunung Sitoli dan seluruh Nias. Rumah ini juga menjadi tempat pengungsian para relawan yang membantu merehabilitasi Nias setelah gempa. Karya para suster di komunitas ini sekarang : Mendampingi para Gadis di Asrama Putri, Study di IPI, dan melayani di Karya Faomasi.



8. Komunitas St. Klara Pandan.


Untuk mendukung karya pendidikan di Aek Tolang, maka pihak keuskupan menawarkan kepada para suster OSF untuk membuka Asrama Putri sekaligus komunitas susteran di Pandan. Maka pada bulan Juni 1990 di mulailah komunitas di Pandan, namun karena pembangunan susteran dan asrama putri belum selesai, maka para suster : Sr. Dominika dan Sr. Agustina bersama 18 orang anak asrama putri untuk sementara menompang di rumah depan Seminari Aek tolang.  Sr. Dominika bertugas mendampingi anak asrama putri sementara Sr. Agustina bertugas di dapur asrama.


Tgl 22 November 1990 tepat pada pesta St. Sesilia, para suster dan  anak asrama putri memasuki rumah yang baru di Pandan. Sr. Notburga pindah ke Pandan dan menjadi pemimpin komunitas.


Mei 1994 gedung TK St. Don Bosko di berkati dan resmikan. Cukup banyak undangan yang hadir pada saat itu al : Asisten Bupati, anggota DPRD, AURI, DEPDIKBUD dan dari Kantor Penerangan. Hal ini disebabkan karena Gedung TK berada di Pusat kota Tapanuli Tengah. Dari tahun ke tahun jumlah anak asrama putri semakin bertambah sehingga di pikirkan untuk menambah gedung asrama di lahan yang masih kosong, maka terjadilah tg 24 Februari 1997 gedung asrama yang baru diberkati dan dihuni oleh anak-anak asrama.  Pada bulan Juli 1997 pembukaan SD St. Fransiskus Pandan. Yayasan Karya Rukun Sibolga mengangkat Sr. Yohana Luahambowo sebagai kepala SD, sementara  menunggu selesainya pembangunan Gedung SD, kegiatan belajar mengajar diadakan di TK St. Don Bosko. Jumlah murid SD yang mendaftar saat itu 42 orang. Pada tahun-tahun berikutnya, Hak milik dan pengelolaan SD di serahkan seluruhnya kepada para suster OSF melalui Yayasan Karya Darma Bakti. 





9. Komunitas Biara  Elisabeth Sibolga. 


Mengingat kebutuhan adanya tempat tinggal untuk para Suster yang transit di Sibolga semakin mendesak, maka pada tahun 1986 Villa Resi dapat diperoleh dari keuskupan. Namun baru pada tgl 25 Januari 1990 para suster secara resmi mendiami komunitas ini. Anggota komunitas pertama adalah Sr. Sesilia yang bekerja di ekonomat Keuskupan.


Berhubung  karena Sibolga merupakan tempat transit yang strategis untuk para suster, baik yang ada urusan dari Nias ke Medan ataupun sebaliknya dari Padang sidimpuan ke Tumbajae dan juga karena Sibolga adalah pusat Keuskupan, maka mulai dipikirkan apakah tidak lebih baik kalau rumah pusat persaudaraan di pindahkan ke Sibolga saja.


Akhirnya suatu mimpi menjadi kenyataan, pada bulan April  1993 para suster memasuki rumah Regionalat di Jl. A.I.S.Nasution, Simare-mare Sibolga. Pater Barnabas adalah arsiteknya, Bruder Ephrem Hondro, almarhum yang melaksanakan pembangunan. Terimakasih kepada Sr. Theresia Winter yang ikut mempersiapkan kediaman bagi kita.


Pemberkatan diadakan pada pesta pelindungnya yaitu Beata Elisabeth yang baik dari Reute, tgl 25 Nopember 1993.


Sejak rumah regionalat dipindahkan ke Pandan pada Oktober 2007 maka rumah ini selain sebagai rumah transit, juga sebagai kantor pusat Yayasan Karya Darma Bakti. Poliklinik  St. Mikael yang terletak persis di sebelah rumah suster dan dimulai oleh Br. Bernhard sejak tahun 1979 diteruskan oleh para suster dengan menambah fasilitas bangunan yang lebih lengkap sehingga pada tahun 2009 izin membuka klinik bersalin dapat di peroleh.  


10. Komunitas Saudara Leo Yogyakarta. 



Komunitas Saudara Leo Yogyakarta
Dari tahun ke tahun jumlah para Suster yang studi di Yogyakarta semakin bertambah, sehingga dipikirkan bahwa perlu dibentuk komunitas sendiri. Setelah beberapa waktu mencari informasi, akhirnya para suster memperoleh sebuah gedung dengan halaman belakang di Demangan, luasnya sekitar 730 m². Penjualnya Bapak Bambang, seorang katolik yang baik.  Br. Martinian dilibatkan dalam merehab dan memugar rumah kita ini.
Tanggal 29 November 1994 November rumah yang telah selesai direhab mulai dihuni oleh para Suster, sehingga pada perayaan Natal terbentuk komunitas Saudara Leo. Anggta komunitas yang pertama adalah para suster yang sedang study di Yogyakarta saat itu. Al : Sr. Evarista, Sr. Sesilia, Sr. Irene, Sr. Kristina dan Sr. Klara yang sedang study musik di PML Yogyakarta.


11. Komunitas Santo Antonius Gido.

Komunitas St. Antonius Gido

“Barangsiapa menerima salah seorang dari anak kecil ini, dia menerima Aku” (Mat 18 : 5) Sabda Yesus ini di renungkan oleh para suster  yang kemudian menggerakkan hati dan langkah mereka untuk menanggapi tawaran pihak Keuskupan Sibolga untuk  berkarya di Kinderdorf  St. Antonio Gido. Komunitas ini dimulai tgl 4 Juli 1994 oleh Sr. Ingeborg Meroth, Sr. Priska Mendrofa dan Sr. Monika Halawa. Sekarang ini ada 80 anak-anak yang dilayani dan di bimbing oleh para suster. Anak-anak ini tidak memiliki orang tua lagi. Pada umumnya ibu mereka meningggal pada waktu melahirkan anak-anak mereka ini. Di Kinderdorf, mereka diurus  mulai dari baby sampai mereka bisa hidup mandiri.


Karya yang di tangani oleh para suster di komunitas ini adalah : Rumah Baby, Kinderdorf, TK dan membantu di kelompok kategorial Paroki.


12. Komunitas Naga Huta Pematang Siantar.


Komunitas Nagahuta Pematangsianta
Komunitas Naga huta merupakan komunitas karya dalam kerjasama dengan Kapusin Medan. Sejak 16 Januari 1995 hubungan kerja  sudah di mulai namun  para suster masih berkomuitas di Jalan Bali Siantar. Baru pada tgl 30 Juni 1997 secara resmi para suster mulai berkomunitas di Naga huta.


Secara umum karya yang ditangani di para suster di RPF Nagahuta adalah di bagian sekretariat, dapur dan rumah tangga.



13. Komunitas Santo Fransiskus Nangaroro Flores. 



Komunitas St. Fransisikus Nangaroro Flores
“Inilah aku, utuslah aku” merupakan satu ungkapan yang meyakinkan para suster  dalam memulai tugas perutusan ke Flores Nusa Tenggara Timur.

Mereka adalah: Sr. Yovita Huta Barat dan Sr. Kristina Sinaga. Dengan naik kapal Laut pada tgl 22 Februari 2004  mereka berangkat dari Sibolga dan tiba tgl 3 Maret 2004 di Nangaroro Flores.


Pada awalnya mereka tinggal di asrama bersama dengan anak-anak Asrama Putri. Enam tahun kemudian pada Tgl 16 April 2010, rumah susteran yang baru selesai dibangun dan kemudian diberkati dengan nama pelindung St. Fransiskus Assisi. Karya yang mereka tangani hingga sekarang adalah  Asrama Putri, TK dan berpastoral. 



14. Komunitas Postulat. 


Selama beberapa tahun, tempat pembinaan para Postulan bergabung dengan Komunitas Novisiat  di Pangaribuan. Oleh berbagai pertimbangan akhirnya diputuskan untuk memisahkan komunitas Postulan dengan Komunitas Novisiat.
 

Tahun 2007 gedung asrama putri yang lama direhab untuk menjadi tempat tinggal dan pembinaan para Postulan, sementara asrama putri tinggal satu gedung yakni gedung baru (bagian belakang).


Maka pada tgl 25 Juni 2008 Postulat pindah dari Pangaribuan ke Pandan. Saat ini jumlah para Postulan 9 orang, yang didampingi oleh Sr. Vinsensia Simanullang dan Sr. Fidelia Siregar
 
15. Komunitas San Damiano Pandan. 



Biara San Damiano Pandan
Komunitas San Damiano merupakan Biara Pusat Persaudaraan OSF di Indonesia. Setelah beberapa kali mengalami perpindahan rumah regionalat mulai dari  Padang Sidimpuan (1964 – 1993) ke Sibolga (1993 – 2007) dan  akhirnya sejak 4 Oktober 2007 Regionalat  resmi pindah  ke Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah . Rumah San Damiano yang terletak di kaki bukit menjadi tempat yang tenteram dan memberi kesejukan di hati para suster bagi kesatuan  seluruh anggota Persaudaraan OSF Reute- Sibolga. Pemberkatan rumah induk ini diselenggarakan tgl 4 Oktober 2007 oleh Mgr. Ludovicus Simanullang dan dihadiri oleh Mutter Paulin dan Bapa Superior Martin Sayer.  

Biara San Damiano demikian nama komunitas ini, menjadi pusat kegiatan seluruh tarekat misalnya : pengadaan Kapitel Regio, Retret Konggregasi dan pertemuan-pertemuan para suster di laksanakan di komunitas ini. Itulah sebabnya komunitas ini juga di sebut rumah induk dengan bangunannya yang cukup besar, pantaslah dia menjadi induk bagi semua komunitas-komunitas yang lain.



16. Komunitas Santa Margareta Medan.

KomunitasSetia Budi Medan

Sudah lama para suster berkeinginan memiliki rumah di Medan, karena begitu banyak urusan-urusan yang harus di lakukan di sana, misalnya : kalau suster sakit dan harus ke Medan berobat, atau kalau datang tamu dari Jerman. Memang para suster sudah lama membeli tanah di samping gereja di daerah Sunggal, namun karena beberapa alasan, maka tanah tersebut tetap menjadi tanah kosong . Oleh karena kebutuhan akan sebuah rumah transit di Medan semakin mendesak, maka pada tahun 2005, Dewan Pimpinan memutuskan untuk membeli sebuah rumah di Kompleks Setia Budi Medan.

Tgl 3 Agustus 2006 Sr. Katarina, Sr. Evelyn dan Sr. Teodora menjadi anggota komunitas yang pertama, di tambah beberapa para suster yang studi di AKPER/AKBID St. Elisabeth Medan. Bapak Uskup Pius Datubara OFMCap, berkenan memberkati rumah ini pada tgl 8 September 2006.


Berhubung karena komunitas ini merupakan komunitas studi sekaligus rumah transit maka dibangun lagi beberapa kamar tidur dan dapur di sebelah rumah yang lahannya kosong di tambah sebuah ruang doa kecil lengkap dengan Tabernakel.


 






17. Komunitas Mataloko Flores
Asrama Putri Mataloko

Kesungguhan para suster untuk berkarya di Flores semakin nyata, ini terbukti dengan dibukanya Komunitas kedua di Flores yaitu Komunitas Mataloko yang dimulai sejak tgl 11 April tahun 2011, dengan anggota komunitas pertama: Sr. Kristina dan Sr. Regina. Mereka berdua bertugas mendampingi anak Asrama Putri. 


Syukur kepada Allah kita mendapat penderma yang baik dari Tirol-Italia sehingga dana untuk mendirikan Asrama Putri yang baru bisa terwujud. Terimakasih kepada Bapak Michael! Sampai sekarang para suster masih belum memiliki rumah susteran, sehingga mereka masih menumpang di Pastoran.


***
Share this post :

Posting Komentar

 
Copyright © 2017-2024. Suster OSF Sibolga - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger | Posting