Pertemuan
ini dihadiri 92 peserta: para Uskup dan Pimpinan/utusan dari
masing-masing Tarekat yang berkarya di Regio Sumatera, di Pangkalpinang tangal 9-12
April 2018dengan tema: “GEREJA KATOLIK
REGIO SUMATERA BERGERAK BERSAMA MENJADIKAN ORANG MUDA RASUL-RASUL ZAMAN NOW”
Regio
Gerejawi Sumatera terbentuk tahun 2003. Disebut Regio kalau sudah mempunyai dua
Keuskupan Agung. Bersama para religius
telah mengadakan pertemuan berkala, sekali
dalam dua tahun. Tahun 2016 di Padang dengan tema “Pendampingan Pastoral Keluarga”. Tahun ini di Keuskupan Pangkalpinang.
Review tentang tema Pendampingan Pastoral Keluarga di
Padang
1.
Keuskupan Agung
Medan: Melalui sinode pastoral, untuk lima tahun dengan tema “Keluarga sebagai
Gereja kecil”. Tahun pertama tentang “Membangun hidup doa dan kesalehan dalam
keluarga”. Tahun kedua tentang “Keluarga rukun dan bahagia”, yang menekankan
bahwa keluarga adalah Gereja, sebagai oase, (waktu makan tidak menghidupkan TV
dan membuat anak kerasan di rumah).
2. Keuskupan Palembang: Mengundang tim untuk memberikan
sosialisasi. Kursus untuk Komisi Keluarga tentang pendampingan keluarga, dan
para imam dilibatkan dalam kursus tersebut.
3. Keuskupan Padang: melakukan
kunjungan keluarga.
4.
Keuskupan Tanjung
Karang: Melalui Sinode: dengan tema
“Pastoral”, tahun 2018-2019 fokus pada keluarga, ada retret keluarga.
5.
Keuskupan Pangkapinang: Membuat modul untuk pertemuan
melalui KBG-KBG dan para fasilitator dalam paroki-paroki.
6. KeuskupanSibolga: Mengundang narasumber untuk
membekali para Imam, tim Komisi keluarga
dan para Biarawan-Biarawati tentang pendampingan keluarga. Sudah ada modul
sederhana untuk paroki. Biarawan/wati dalam paroki masuk dalam tim Komisi Keluarga.
Tarekat-tarekat secara khusus melakukan kunjungan keluarga.
7.
Suster FSGM: Selain
mendukung program keuskupan, mereka juga mempunyai tim pendamping keluarga
dengan berbagai kegiatan: Membentuk tim keluarga, mengadakan seminar keluarga tentang
pola asuh anak di era digital. Mendukung
keluarga berdoa. Membuka ruang
adorasi abadi yang terbuka untuk
keluarga-keluarga. Membuka ruang konsultasi keluarga di komunitas,
Tarekat-tarekat pada umumnya membantu program Keuskupan, dan meneruskan program yang sebelumnya sudah dilaksanakan lewat
karya-karya tarekat.
Materi Pertemuan dan Narasumber:
1.
Mgr. Adrianus Sunarko, OFM
Membahas Dokumen Persiapan Sidang Para Uskup Oktober 2018
dengan tema “Orang Muda, Iman dan
Diskresi Panggilan”.
Sabda Yesus dalam Injil Yoh. 15:11 “Semuanya itu
Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku
ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” . Ini merupakan rencana Allah
bagi semua orang di setiap zaman. Untuk mewartakan sukacita Injili adalah misi
yang dipercayakan Tuhan kepada Gereja-Nya.
Sinode tentang Evangelisasi Baru dan Seruan Apostolik
Evangelii Gaudium membahas cara melaksanakan misi ini di dunia zaman sekarang.
Dua sinode tentang keluarga dan seruan Apostolik Pasca Sinode Amoris Laetitia
dimaksudkan untuk membantu keluarga-keluarga menemukan sukacita.
Sejalan dengan tema “Orang
Muda, Iman dan Diskresi Panggilan”, Gereja mau bergandeng tangan dengan orang
muda untuk mewartakan Sukacita Injili. Maka pada tanggal 19-24 Maret 2018
diadakan Pertemuan Pra Sinode Orang Muda di Roma yang dihadiri sekitar 300
perwakilan Orang Muda dari seluruh dunia dan menghasilkan refleksi-refleksi
yang merupakan masukan dari peserta yang menjadi salah satu sumber untuk Sinode
para Uskup nanti.
Tema: Iman, diskresi Panggilan.
Iman sebagai keikutsertaan melihat
seperti Yesus melihat, menjadi dasar diskresi: mengenali, menafsir dan memilih
panggilan yang merupakan anugerah dari Tuhan. Menguji kemurnian panggilan, apakah sungguh lahir dari kehendak Tuhan untuk
memberikan hidup kepada Allah dan sesama.
Orang Muda memiliki pengalaman
hidup yang baik, sadar dalam
panggilannya dan berani berkomitmen untuk terlibat secara aktif di Gereja dan
dunia. Untuk itu penting memahami cara orang muda dalam menangkap suara iman
dan panggilan serta tantangan yang dihadapi dalam proses diskresi. Bagaimana
kita sebagai Gereja dapat menemani orang-orang muda ke pemahaman yang lebih
dalam tentang diri mereka sendiri dan
posisi mereka di dunia.
ü Pendampingan
dengan Orang Muda
Cara Gereja menolong orang muda
menerima panggilan mereka kepada sukacita Injili, dengan berjalan bersama orang
muda, menerima ajakan Paus Fransiskus: “pergi keluar”, terutama dengan
meninggalkan sikap kaku, kesediaan untuk bergerak, membantu membuat pilihan
matang berdasarkan iman.
Seperti gaya hidup Yesus
sendiri, bersama orang muda “berhenti dan tidak tergesa-gesa, memandang mereka
penuh kasih seperti Yesus memandang (Yoh. 1: 35-51)”. Terbuka pada cara-cara
kreatif, bersedia menerima sesuatu yang baru, tidak terpaku pada konsep yang
lama.
ü Pelaku
pastoralOrang Muda
Semua Orang Muda,Orang tua dan
Keluarga. Imam dan Religius. Para guru dan yang terlibat dalam dunia
pendidikan. Semua komunitas Gereja harus bertanggung jawab untuk mendidik
generasi baru. Gereja perlu memberi tempat pada keterlibatan Orang Muda dalam
struktur partisipatif di keuskupan maupun paroki. Menerima ide mereka meskipun
nampak menantang,
ü Tempat
Hidup sehari-hari dan komitmen
sosial, belajar secara mandiri mengelola aspek-aspek kehidupan dalam hidup
sehari-hari.Kesanggupan untuk mendengarkan orang miskin, dan keprihatinan
terhadap kerusakan alam semesta (Laudato Si).Dunia digital, media baru menawarkan
banyak kesempatan baru, terutama sehubungan dengan akses ke informasi dan
menciptakan relasi dengan mereka yang di tempat-tempat jauh. Sadar bahwa media
baru juga mengandung risiko.
ü Sarana
Perjumpaan dalam kegiatan
Gereja di bidang Kitab Suci, liturgi, katekese dan media, menyediakan ruang
untuk olah raga, musik dan seni, menawarkan peluang edukasi.
Keheningan,
Kontemplasi dan Doa. Orang Mudalemah dalam
refleksi dan sharing iman. Hendaknya mereka memperoleh pendidikan yangcukup
untuk mencecap nilai keheningan dan kontemplasi serta menerima pembinaan dalam
memahami pengalamannya dan mendengarkan hati nurani.
Belajar dari Maria dari
Nasaret, cara mendengarkan panggilan, menyimpannya dan merenungkannya dalam
hatinya. Kedalaman diskresi dan dedikasi untuk melayani dan setia sampai
akhir.
2.
Komisi Kepemudaan
KWI: Rm Harry Pr, Bayu, Bella
Gereja Katolik Sumatera Bergerak bersama menjadikan Orang
muda rasul-rasul Zaman Now.
Orang Muda masa
kini berhadapan dengan sejumlah peluang dan tantangan, maka Gereja perlu
merefleksikan kembali caranya dalam
berpikir dan melibatkan Orang Muda agar lebih efektif, relevan dan memberi
panduan yang bermanfaat dalam hidup mereka.
Dengan mendengarkan
orang-orang muda, Gereja mendengarkan lagi suara Tuhan berbicara di dunia zaman
sekarang.
Orang Muda butuh
Gereja untuk membimbing, pendampingan
dengan sarana kekinian. Mengharapkan Gereja hadir melalui media sosial, Orang
Muda mencari jawaban rata-rata di media sosial.
Orang muda di
Indonesia masih dekat dengan keluarga, terutama figur Ibu. Kalau semua ibu
seperti Bunda Maria, 50% masalah kaum muda selesai. Maka perlu pendampingan terhadap ibu-ibu supaya menjadi
pendamping yang baik terhadap anak-anak mereka.
Orang Muda dalam
hal diskresi ada kegagapan, ketika diminta refleksi tapi yang dibuat adalah
evaluasi. Kegagapan dalam doa. Doa isinya cenderung minta saja. Namun dalam doa
tradisi mereka kuat.
ü Bagaimana
Gereja Memahami Orang Muda
Menjadi pertanyaan
apakah bagi kita (uskup, pastor, suster)
susah ditemui oleh Orang Muda atau tidak? Orang Muda yang sudah 7-8
tahun yang lalu, menjadi orang-orang yang sangat loyal untuk Gereja.Kita,
jangan hanya mengambil yang sudah jadi.
ü Pendekatan
spiritualitas seperti apa yang disenangi Kaum muda?
Orang Mudaperlu
diberi waktu dan ruang untuk berbicara (gaya Orang Muda memang penuh kritik dan
bernada memberontak).Kita hanya perlu “menyambung” Cara berkomunikasi/berbahasa
dengan mereka
·
Perlu dirangkul dan berjalan bersama mereka
· Membuat group WA/grup lain, tentang ajaran Gereja Katolik dan tanggapan-tanggapan.
· Butuh sahabat
peziarah
· Pelatihan berbasis MEDSOS
· Pada dasarnya Orang
Muda menyukai tantangan tapi
tantangan jangan terlalu bertubi-tubi. Kalau kita ambil filosofi tumbuhan,
tumbuh, butuh matahari, tapi kalau terlalu banyak matahari tumbuhan akan mati.
ü Gambaran Orang
Muda
Rasa ingin tahu
yang besar, antusias dan aktif, tidak suka proses yang lama/instan, refleksi
dan pembedaan roh yang lemah, kurang percaya diri (sindrom minoritas). Ada
hambatan psikologis.
Dari Hasil survey:
Institusi Gereja Katolik masih dipercaya
oleh kaum muda.Kepedulian Gereja pada OMK:
·
Ada
Komisi Kepemudaan dan Seksi Kepemudaan Paroki
·
Komkep
belum didukung dengan kepengurusan dan tim yang kuat
·
Jejaring lembaga pendidikan Katolik
·
Persepektif Orang Muda belum menjadi kepedulian komisi lain.
·
Gereja masih
menyapa lewat cara- cara lama, kurang menyentuh pendekatan baru: media sosial,
video, musik.
3. RP. Blasius Sukoto SCY, RP. Alex Silaen: “OMK Keuskupan
di Sumatera”
ü Situasi OMK
Sumatera
OMK yang pintar dari Sumatera bayak yang kuliah di
Jakarta dan Yogyakarta, banyak tinggal di kota.
Orang Muda yang sudah dilayani di keuskupan-keuskupan sekitar 30%, masih
banyak yang aktif di LSM, wiraswasta dan yang bekerja di bidang lain belum
tersapa dan tidak dapat tersapa secara langsung melalui kegiatan
Gereja/lingkungan seperti doa lingkungan, koor, dll.
ü Spiritualitas
Pendampingan OMK
Pendamping hendak menjadi teman seperjalanan Orang Muda (Emaus
– Lukas 24). Menjadi pendengar yang baik, hangat.Kehadiran bukan masalah
kuantitas kegiatan tetapi lebih pada kaulitas.Merangkul OMK sebanyak mungkin,
tidak keluar dari Gereja Katolik.Tim Pembina yang mempunyai sosok teladan,
Dengan program jelas, bahan kegiatan tersedia.
OMK harus menunjukkan jati diri
kekatolikan.Berani keluar dari zona aman, ikut serta di lingkungan, memberi
contoh, mengedepankan kejujuran, berani berkata dan berbuat benar.Didorong untuk ikut berkecimpung dalam
kegiatan Organisasi masyarakat dan berpolitik, bergelora di luar.
ü Pembinaan
Tim Gerakan Cinta OMK. Pembina dan pembinaan yang baik
dan benar tentang iman Katolik. Pembinaan intensif, program jelas: rekoleksi,
retret, ziarah, seminar hidup rohani untuk menjawab keprihatinan, pertemuan
rutin. metode sesuai selera OMK, dana
dan tempat mesti tersedia tentu dengan partisipasi mereka.
Tim Pembina mesti bergerak bersama/kerja sama dan komunikasi yang baik dan konkret
antara hirarki, Komisi Kepemudaan, anggota tarekat, aktivis/pegiat. orang
tua,pembina yang terbina. .
ü Menjadi Rasul
Zaman Now
Dalam bidang kemasyarakatan
hendaknya menjadi garam, berkwalitas, sanggup menjadi pemimpin. Bidang
teknologi, medsos akan lebih maju, menuju dunia merobot, maka akhlak religiositas dan humaniora
OMK harus dibenahi.
Sr. Vinsensia Simanullang, OSF
Posting Komentar